Berita yang cukup memprihatinkan
19:14:00Baru-baru ini saya menyaksikan sebuah tayangan yang sangat miris sekali. Apa itu? Bali menjadi seperti tempat sampah khususnya di pantai Kuta. Sangat mengagetkan bagi saya yang pernah berkunjung kesana, melihat kondisi dari pantai yang bisa dibilang salah satu pantai terindah di dunia kini menjadi seperti tempat pembuangan sampah.
Saya melihat permasalahan ini terjadi karena budaya masyarakat Indonesia yang masa bodo dengan sampah. Tidak hanya ditemukan di Bali, Jakarta Ibukota dari Republik Indonesia sendiripun masih sangat jelas sekali sampah menjadi problem utama. Kembali lagi kepada kesadaran dan kalau saya bilang "pendidikan sampah" itu masih dianggap sepele di negeri ini. Buang sampah sembarangan malah dianggap sebagai hal yang biasa saja.
Menyedihkan sekali melihat pantai Kuta yang menjadi salah satu tujuan wisatawan, ternyata tercemar oleh sampah. Kesadaran akan kepemilikan dari pantai sangat kurang, masyarakat disitu hanya bangga dengan keindahannya saja tapi tidak bisa menjaganya.
Setiap bulan Maret dan April sampah di Bali mencapai puncaknya, fenomena ini cukup mengkhawatirkan. Karena setiap tahunnya sampah juga ikut bertambah, bukan hanya wisatawan saja. Asal dari sampah ini sendiri ternyata masih menjadi misteri, apakah berasal dari masyarakat Bali atau ternyata kiriman dari luar (baca :sampah impor)
Saya tidak terlalu memusingkan darimana sampah tersebut berasal, mau berasal dari laut dari darat intinya sampah tetap sampah. Pendidikan yang diajarkan dari sejak kecil mengenai buang sampah di tempatnya, gunakan plastik dengan bijak, dan lainnya dewasa ini menjadi kurang diperhatikan. Yang sangat memilukan adalah majalah TIMES pun sudah memuat masalah sampah di Bali ini kedalam artikelnya.
Sebagai seorang yang cukup tertarik dengan isu lingkungan kabar ini sangatlah menyakitkan. Karena di Bali sendiri sudah dicanangkan program Bali Clean, dan ketika artikel itu dimuat sia-sia sudah program yang dijalankan ini.
Tapi bukan saatnya kita untuk berkecil hati, kita masih bisa MERUBAHnya.Saya tau proses dari ketika pengangkutan sampah dari rumah-rumah sampai ke TPA itu memakan waktu yang sangat lama (tidak efisien). Saya percaya pemerintah masih mempunyai cara-cara untuk menyelesaikan masalah ini, tapi disamping itu kita sebagai masyarakat Indonesia harus juga melakukan aksi nyata. Dengan tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunaan plastik dan memisahkan sampah organik dan anorganik kita sudah membantu petugas-petugas sampah dalam melaksanakan tugas.
Semoga artikel ini menjadi bahan renungan bagi kita semua, karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan melakukannya.
Cintailah lingkunganmu maka lingkungan akan balik mencintaimu
Khrisna Aria Putra
0 comments